Investasi, Perdagangan, dan Ekonomi
Indonesia
merupakan negara prioritas utama penempatan investasi global. Tren minat dan
nilai investasi dari negara-negara Eropa terus meningkat, sepanjang tahun
2010-2015 saja total investasinya telah mencapai Rp 149,8 triliun yang setara
dengan raihan 10,1 persen dari total realisasi investasi yang masuk ke
Indonesia. Diantaranya, didominasi oleh sektor kimia dasar dan farmasi yang
mencapai 24 persen.
Per
Januari 2016, total komitmen investasi dari Eropa mengalami kenaikan signifikan
hingga hampir 10 kali lipat, tepatnya mencapai Rp 6,53 Triliun ketimbang tahun
lalu diperiode yang sama, yakni waktu itu senilai Rp 670 miliar. Kenaikan
komitmen investasi Eropa tersebut melanjutkan tren
positif pada 2015. Komitmen investasi Eropa sepanjang 2015 meningkat 16 persen
menjadi Rp Rp 37,3 triliun dibandingkan 2014 sebesar Rp 32,2 triliun.
Raihan
itu di indikasikan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sebab,
pemerintah Indonesia terus berbenah dengan mengeluarkan program perijinan dalam
beberapa jam saja. Sektor menarik yang masih terbuka lebar bagi Eropa, seperti
sektor energi terbarukan, industri makanan, dan maritim serta sektor
kelogistikan. Sehingga ini tawaran menarik bagi Ceko untuk berkontribusi
terhadap pertumbuhan investasi Eropa di Indonesia.
Nilai Perdagangan Cheko - Indonesia
Ceko merupakan mitra dagang penting Indonesia,
tepatnya berperingkat keempat terbesar di kawasan Eropa Tengah dan Timur
setelah Rusia, Ukraina dan Polandia, dengan total perdagangan sebesar 260,5
juta USD atau setara Rp3,51 triliun pada 2014 waktu. Sepanjang lima tahun
terakhir ini nilai investasi Ceko telah mencapai 34,35 juta USD atau setara Rp463,7
miliar.
![]() |
Gambar: http://rullyaldrian.blog.upi.edu/files/2015/10/ri-ceko.jpg |
Peranan
industri pariwisata juga demikian, tren kunjungan turis kedua negara bakal
terus meningkat. Apalagi turis Ceko sudah berkategori bebas visa diberikan
Indonesia. Sama halnya, potensi kunjungan turis Indonesia ke Ceko masih sangat
besar lantaran besarnya populasi penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250
juta orang.
Potret
Ekonomi Ceko
Perkembangan
perekonomian moderat, terutama di dorong oleh keberhasilan akselerasi
industrialisasinya. Ceko sangat dikenal sebagai negara industri yang
mayoritasnya mengekspor produk teknologi dan sektor manufakturnya.
Sementara
sektor andalan Ceko lainnya, yaitu farmasi, baja, logam, elektronika, tekstil,
alat transportasi, alutsista, dan lainnya.
Dengan
PDB tahun 2015 yang mencapai 185.16
miliar USD, Ceko dikenal sebagai negara dengan ketimpangan yang rendah. Per
kuartal III tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Ceko masih tumbuh 0,2 persen atau
menurun 0,9 persen ketimbang tahun sebelumnyayang sempat mencapai 208 miliar
USD.PDB Ceko sempat menyentuh pertumbuhan tertingginya sebesar 2,3 persen pada
tahun 2006 dan 2008 sebesar 235,2 miliar USD.
Ceko sempat alami surplus terbesar mencapai 61
miliar CZK tahun 2016, yang pertama
kalinya sejak 1995 silam. Dampak itu timbul akibat Eurofunds dan
pengumpulan pajak yang kian membaik.
Raihan ekspor Ceko keseluruhan mencapai 147,3
miliar USD, dengan sektor andalan Ceko mayoritas berupa mesin dan alat
transportasi, energi, dan bahan kimia.
Rilis World Economic Forum oleh Global
Competitiveness Index 2016 mencatatkan Ceko sebagai negara berperingkat nomor
33 sebagai negara yang termasuk kompetitif di dunia.
Perekonomiannya
juga diiringi dengan inflasi juga cukup moderat, dan distribusi pendapatan yang
cukup merata. Tak heran bila tingkat ketimpangan Ceko menjadi salah satu yang
cukup rendah didunia.
Potret Ekonomi Indonesia
Sayangnya,
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kurang berkualitas berkualitas. Indonesia
tengah berada pada bayang-bayang kuat middle income trap.
Tren
dalam lima tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tampak sedikit
membaik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kumulatif tahun 2016 sempat
tumbuh 5,04 persen lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,79
persen.
Namun,
selama kurun waktu 15 tahun hingga kini capaian pertumbuhan masih belum
didukung signifikan oleh sektor tradable. Sebaliknya, sektor non tradable
justru trennya tumbuh lebih tinggi ketimbang sektor tradable. Padahal sektor
tradable ini menjadi mesin ampuh pemacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Sektor
barang semacam manufaktur Indonesia sangat jauh dari kata puas dan terbatas.
Data Intracen tahun 2014 mencatat bahwa sektor manufaktur Indonesia hanya 8,6 persen.
Sedangkan ditataran rata-rata negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina sektor manufakturnya telah jauh di atas 50 persen.
Padahal peranan sektor manufaktur sangat besar pengaruhnya terhadap penciptaan
inovasi teknologi yang efektif dalam upaya peningkatan produktivitas.
Menyadari
hal itu, maka diperlukan terobosan strategis di segala lini agar pertumbuhan
ekonomi Indonesia lebih berkualitas dan terhindar dari middle income trap, lantaran
Indonesia masih memiliki peluang terbebas dari hal itu bila terus konsisten
berbenah.
Infrastruktur, Industri Kreatif, dan
Transportasi
Maka
dari itu, kerjasama kedua negara yang beberapa diantaranya memiliki kesamaan
ini penting kiranya untuk saling meningkatkan perdagangan, investasi, dan
lainnya. Seperti diketahui Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya
mempercepat dan membangun insfrastruktur.
Demikian
pula, kini Indonesia sedang gencar mendorong industri kreatif dan pengembangan
energi lantaran Indonesia sadar akan besarnya potensinya. Komitmen itu mulai
ditunjukkan Indonesia dengan mencanangkan program penciptaan 1000
technopreneurs baru.
Dari sekitar populasi 250 juta penduduk di Indonesia, 93
juta diantaranya ialah netizen aktif dengan total penjualan e-commerce tahun
2014 saja sempat menyentuh angka 2,6 miliar USD.
Kondisi
tersebut tak hanya menjadikan produktivitas lewat akselerasi industrialisasi
dan daya saing yang begitu penting. Akan tetapi, juga diperlukan konektivitas
yang terintegrasi. Ekonomi Indonesia memang harus diperkuat dengan transportasi
terintegrasi sehingga lalu lintas barang lancar antar wilayah dan perbedaan
harga menjadi lebih efisien serta stabil, termasuk pula dalam hal ketersediaan
energi.
Pengalaman
keberhasilan Ceko meningkatkan pertumbuhan ekonominya sepatutnya bisa
dikembangkan dan patut dijadikan inspirasi bagi Indonesia untuk lebih proaktif
dan progresif kedepannya.
Politik
Sebelumnya,
pada awal 2016 lalu Menteri Luar
Negeri Republik Ceko, Lubomir Zaoralek sempat berkunjung ke Indonesia.
Pemerintah Ceko sepakat akan berkomitmen meningkatkan penguatan perdagangannya.
Indonesia pun dibidik menjadi mitra strategis utama sebagai pusat investasi dan
perdagangan Ceko. Termasuk dalam hal penguatan Inter Parliamentary Friendship/Union yang tengah di inisiasi Parlemen Indonesia.
Sementara untuk investasi, negara bekas Uni
Soviet ini menyodorkan kerja sama bidang teknologi
informasi (IT), telekomunikasi, pariwisata dan jasa (perhotelan).
Mereka melirik sektor terkait yang juga tengah
Indonesia fokuskan, seperti teknologi, telekomunikasi, perhotelan pertanian,
pertambangan, gelas dan keramik, manufaktur pesawat terbang sipil dan industri
pertahanan. Kondisi perpolitikan di Ceko juga tampak masih stabil
juga dikenal sebagai Negara berpredikat minim korupsi.
Kehangatan dan keakraban
hubungan yang terjalin dengan baik kedua negara di mana Indonesia berpotensi
menjadi ujung tombak ekonomi ASEAN serta Swedia di Kawasan Skandonavia atau
Eropa.
Oleh
karena itu, beragam persoalan tersebut mendesak untuk segera dilakukan upaya
serius bersama untuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian yang progresif.
Hubungan kedua negara yang sangat harmonis dan memiliki kesamaan visi membuat
akselerasi ekonomi kedua negara sekaligus bisa menjadi pemimpin ekonomi paling
berpengaruh di masing-masing kawasan sangat dimungkinkan terwujud.
Sebagian tulisan dihilangkan untuk menghindari penyalahgunaan tertentu. Tulisan ini saya buat dalam rangka kunjungan parlemen RI ke Ceko beberapa waktu lalu.
0 comment:
Post a Comment